Hujan Salju

Wednesday 17 April 2013

Sehat dan Sakit


KONSEP SEHAT DAN SAKIT
                                                  
            Setiap orang ingin hidupnya selalu sehat tanpa adanya penyakit. Konsep sehat sedndiri menurut WHO adalah kondisi fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak sakit atau tidak cacat. Sehat sendiri ada 3 hal yaitu sehat fisik, sehat mental,dan sehat sosial.
Sehat fisik diartikan kondisi badan yang serasi dengan tanda-tanda semua organ badan dalam ukuran yang sebanding dan berfungsi normal. Sedangkan sehat mental dibedakan menjadi 3 kriteria yaitu ia harus merasa puas dengan diri sendiri, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dalam lingkungannya, dan ia harus dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, tidak emosional. Dan sehat sosial menekankan pada kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat di lingkungannya dengan penuh rasa kebersamaan. Sehat tidak dapat diartikan sebagai sesuatu yang statis menetap pada suatu kondisi, tetapi harus dipandang sebagai fenomena yang dinamis.
            Sedangkan konsep penyakit banyak mengalami perubahan. Definisi penyakit menurut Kamus Webster adalah penyakit sebagai keadaan yang tidak nyaman. Dan menurut Oxford English Dictionary, penyakit sebagai keadaan dari badan dimana fungsinya terganggu / menyimpang. Penyakit dari segi ekologi dan lingkungan, penyakit dianggap sebagai gangguan penyesuaian dari organisme tubuh manusia dengan lingkungannya (lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dll). Mengingat lingkungan yang luas, maka penyakit tidak saja sebagai penyimpangan fisik melainkan juga penyimpangan sosial, perilaku, kultural, spiritual. Penyebab-penyebab penyakit itu sendiri dikelompokkan menjadi:
1.      Penyebab biologis : virus, bakteri, rickettsia, fungi, protozoa dan makhluk hidup lain
2.      Penyebab nutient : Prot, Karbohidrat, Lemak, Vitamin, mineral, air
3.      Penyebab kimiawi : baik yang dibentuk dalam badan manusia sendiri (penyakit DM, uremia) maupun yang berasal dari luar (allergen, logam,  gas, debu)
4.      Penyebab fisik : suhu tinggi / rendah, kelembapan, tekanan udara, radiasi, kebisingan, cahaya yang terlalu kuat / lemah
5.      Penyebab mekanik : benturan, ruda paksa, bacokan
6.      Penyebab ilmiah : proses ketuaan, haid, kehamilan, persalinan
7.      Penyebab kejiwaan : termasuk yang bersifat sosial, ekonomi, budaya, spiritual
 

Faktor-Faktor Utama Terkena Resiko Penyakit Jantung

Faktor-Faktor Utama Terkena Resiko Penyakit Jantung   

Saat ini, penyakit jantung adalah penyakit nomer 1 di dunia yang banyak terjadi yang menyebabkan kematian. Jantung adalah salah satu organ tubuh terpenting yang fungsi utamanya memompa darah ke seluruh tubuh. Seperti organ tubuh lainnya, jantung juga dapat diserang oleh berbagai penyakit
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. 
Penting bagi kita untuk mengetahui faktor-faktor terkena resiko jantung sejak dini, agar kita dapat mengantisipasi dan menangani lebih cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi dampak buruk yang dapat terjadi. Berikut adalah faktor-faktor utama terkena resiko penyakit jantung:
  • Usia dan jenis kelamin
    Pria di bawah usia 50 tahun memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan wanita pada kelompok usia yang sama. Setelah menopause, resiko seorang wanita bertambah karena penurunan yang tajam dari hormon estrogen yang bersifat melindungi.
  • Keturunan dari keluarga
    Penelitian menunjukkan bahwa jika terdapat riwayat gangguan jantung dalam keluarga, keturunan mereka lebih cenderung mengembangkan problem yang serupa.
  • Diabetes (kencing manis)
    Penderita diabetes dapat mengalami penyakit jantung akibat komplikasi dari penyakit tersebut.
  • Merokok (terkena asap rokok)
    Merokok secara langsung bertanggung jawab atas kira-kira 20 persen dari semua kematian karena penyakit jantung dan hampir 50 persen dari serangan jantung pada wanita berusia di bawah 55 tahun. Merokok meningkatkan tekanan darah dan memasukkan zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida, ke dalam aliran darah. Selanjutnya, zat-zat kimia ini akan merusak arteri. Para perokok juga membuat mereka yang ikut menghirup asapnya beresiko mengalami masalah pada jantung. Penelitian menyingkapkan bahwa orang-orang yang tidak merokok yang tinggal dengan para perokok memiliki tambahan resiko serangan jantung. Oleh karena itu, dengan berhenti merokok seseorang dapat mengurangi resikonya sendiri dan bahkan dapat menyelamatkan kehidupan orang-orang tercinta yang tidak merokok.
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
    Tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. Seraya timbunan plak meningkat, terjadi lebih banyak penghalang terhadap aliran darah dan dengan demikian terjadilah peningkatan tekanan darah yang meningkatkan resiko serangan jantung.
  • Kegemukan (obesitas)
    Kelebihan berat meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidaknormalan jumlah lemak. Menghindari atau mengobati obesitas (kegemukan) adalah cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes kemudian akan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.
  • Gaya hidup kurang gerak
    Orang-orang yang tidak banyak bergerak memiliki resiko serangan jantung yang lebih tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar dari hari mereka tanpa aktif secara fisik dan tidak berolahraga dengan teratur. Serangan jantung sering kali terjadi pada orang-orang ini setelah kegiatan-kegiatan yang berat seperti bekerja keras di kebun, jogging, mengangkat beban berat, atau menyekop salju. Tetapi resikonya menurun di antara mereka yang berolahraga dengan teratur. Jalan-jalan santai selama 20 hingga 30 menit sebanyak tiga atau empat kali seminggu dapat menurunkan resiko serangan. Olahraga dengan teratur dapat meningkatkan kemampuan jantung untuk memompa dan dapat menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan tekanan darah.
  • Stres (tekanan emosi)
    Berdasarkan penelitian, stres dapat menyebabkan penyempitan arteri dan ini menurunkan aliran darah hingga 27 persen. Penyempitan yang berarti bahkan dapat terlihat pada arteri yang terkena penyakit ringan. Penelitian lain mengesankan bahwa stres berat dapat menyebabkan pecahnya dinding arteri yang memicu serangan jantung.
Gubahan dari http://www.deherba.com/faktor-faktor-utama-terkena-resiko-penyakit-jantung.html#ixzz2Q7cTVzNC

Wednesday 10 April 2013

ISPA



ISPA merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi balita di Indonesia. Kriteria penderita ISPA dalam penata laksanaannya adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernafas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 bagian, yaitu :
a. Pemeriksaan
b. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
c. Penentuan klasifikasi penyakit
d. Pengobatan
Dalam menentukan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun dan kelompok untuk umur kurang 2 bulan.
a. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun klasifikasi di bagi atas :Description: pneumonia
· Pneumonia berat
· Pneumonia
· Bukan pneumonia
b. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan klasifikasi dibagi atas :
· Pneumonia berat
· Bukan pneumonia
Klasifikasi bukan pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain di luar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsillitis.
Pola tatalaksana ISPA yang diterapkan dimaksudkan untuk tatalaksana penderita pneumonia berat, pneumonia, dan batuk pilek biasa. Hal ini berarti penyakit yang penanggulangannya dicakup oleh Program P2 ISPA adalah pneumonia berat, pneumonia, dan batuk pilek biasa, sedangkan penyakit ISPA lain seperti pharyngitis, tonsillitis, dan otitis belum dicakup oleh program ini. Menurut tingkatannya pneumonia di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Pneumonia berat
Berdasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 tahun – < 5 tahun. Sementara untuk kelompok usia < 2 bulan, klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (fast brething), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe chest indrawing).
1. Pneumonia
Berdasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat (fast brething) pada anak usia 2 bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali atau lebih permenit sedangkan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali atau lebih per menit atau
2. Bukan Pneumonia
Mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold), phryngitis, tonsilitas, otitis atau penyakit ISPA non pnumonia lainnya.
Untuk tatalaksana penderita di rumah sakit atau sarana kesehatan rujukan bagi kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun, dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.

Sumber:
Depkes RI, Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA, 2001
http://putraprabu.wordpress.com/